SWI Tour & Travel Blog 10 Baju Adat Batak di Danau Toba & Medan, Pakaian Tradisional Suku Batak Toba, Karo, dll di Sumatera Utara

10 Baju Adat Batak di Danau Toba & Medan, Pakaian Tradisional Suku Batak Toba, Karo, dll di Sumatera Utara

Baju Adat Batak

Baju adat Batak yang dikenakan oleh masyarakat Batak menadakan ciri khas dan kentalnya Budaya Batak. Pakaian adat Batak cukup bervariasi dimana setiap sub-suku Batak seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Angkola dan Batak Pakpak memiliki ragam tersendiri. Sumatera Utara memiliki beragam suku. Suku di Sumatera Utara begitu beragam dan suku Batak merupakan suku terbesar yang mendiami provinsi ini. Suku-suku tersebut mempengaruhi ragam budaya dan tradisi termasuk pakaian adat Sumatera Utara dan rumah adat Sumatera Utara.

Suku Batak menghuni hampir seluruh kawasan Sumatera Utara. Salah satu pusat kebudayaan Batak yang bisa anda lihat ada di Pulau Samosir. bagi anda yang ingin melihat budaya Batak, anda bisa mengunjungi Danau Toba dan Pulau Samosir. Berikut paket wisata danau toba yang bisa anda pilih untuk pengalaman wisata yang mengasikkan di Danau Toba:

Bagi anda yang ingin menjelajah beberapa destinasi wisata di Sumatera seperti Aceh dan Padang untuk melihat atraksi budaya dan wisata di daerah tersebut, anda bisa melihat paket wisata padang dan paket tour Sabang Aceh berikut:

Pakaian daerah khas Batak merupakan salah satu pelestarian kebudayaan Batak. Salah satu kain yang di pakai di pakaian tradisional Batak adalah Kain Ulos yang umum dipakai hampir semua pakaian adat Batak. Berikut keunikan dan ragam baju adat Batak yang menarik untuk diketahui:

  • 1. Pakaian Adat Suku Batak Toba

Pakaian adat Suku Batak Toba memiliki daya tarik tersendiri. Dengan terbuat dari bahan dasar kain hasil tenunan tradisional yang populer dengan sebutan kain ulos. Biasanya kain ulos ditenun secara manual yang masih memanfaatkan peralatan tenun tradisional. Sementara itu, bahan dasar dari kain ulos adalah benang sutra dengan beberapa pilihan warna menarik. Seperti emas, hitam, perak atau merah.

Baju adat Batak ini merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan keindahan. Pakaian tradisional ini sangat identik dengan kegiatan adat dan upacara penting bagi masyarakat Batak Toba

Antara pria dan wanita memiliki nama masing-masing untuk pakaian adatnya. Untuk pria Batak Toba dikenal dengan nama hande-hande pada pakaian bagian atas. Sedangkan pakaian bagian bawah disebut dengan singkot. Selain itu, mereka juga mengenakan ikat pinggang yang terbuat dari perak atau emas yang disebut “sitoluntuho”.

Sementara itu, pakaian adat wanita pada suku Batak Toba bagian atas disebut dengan hoba-hoba dan bagian bawahnya adalah hean. Wanita Batak Toba juga sering melengkapi pakaian adat mereka dengan perhiasan seperti gelang, kalung, dan anting-anting yang dibuat dengan detail dan keindahan yang luar biasa.

Pada umumnya penggunaan pakaian adat ini dilengkapi dengan aksesoris penutup kepala. Aksesoris penutup kepala wanita Batak Toba bernama tali-tali. Selain itu, wanita Batak juga saat menggunakan pakaian adat juga mengenakan adanya selendang ulos yang semakin mempercantik tampilan mereka. Selanjutnya untuk penutup kepala pada laki-laki Batak Toba yang dikenal dengan istilah bulang-bulang.

Bagi masyarakat Batak Toba, kain ulos mempunyai makna tersendiri. Kain ulos terdiri dari banyak jenis dan memiliki makna masing-masing. Selain dikenakan saat upacara adat, pakaian adat pada suku ini juga sering dikenakan pada berbagai jenis acara tertentu. Seperti pesta syukuran atau pesta pernikahan.

Warna, motif, dan cara pemakaian pakaian adat Suku Batak Toba memiliki nilai simbolis yang dalam. Mereka tidak hanya menjadi penanda identitas budaya, tetapi juga mencerminkan status sosial, tahapan hidup, serta kekayaan spiritual dan nilai-nilai leluhur yang diwariskan secara turun temurun. Pakaian adat ini juga sering digunakan dalam upacara adat seperti pernikahan, upacara kematian, atau acara penting lainnya dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. 

Lihat Juga:

  • 2. Pakaian Adat Suku Batak Karo

Pakaian adat Suku Batak Karo hadirkan beberapa fakta unik. Seperti yang kita ketahui bahwa Batak terdiri dari beberapa sub suku. Mulai dari Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Pakpak, dan Batak Simalungun. Masing-masing sub suku tersebut memiliki ciri khas pakaian adat tersendiri. Khusus untuk pakaian adat pada suku Batak Karo hadir dengan dominasi warna hitam dan merah.

Uis Gara juga sering dihiasi dengan beragam tenunan benang emas dan perak, memiliki ciri khas tersendiri. Biasanya, uis gara dibuat dari bahan kapas yang ditenun secara manual dan diwarnai dengan zat pewarna alami.

Fungsinya sangat beragam. Awalnya, uis gara digunakan sebagai pakaian sehari-hari oleh perempuan suku Karo. Namun, seiring waktu, uis gara telah menjadi bagian integral dari setiap upacara adat dan kebudayaan Karo.

Upacara adat Batak yang melibatkan uis gara sering dilakukan baik di daerah asalnya, yaitu Karo, maupun di luar daerah Karo. Seiring dengan perkembangannya, corak dan desain dari uis gara kini juga bisa ditemukan dalam berbagai jenis souvenir seperti tas, dasi, gorden, ikat pinggang, sarung bantal, dan lain sebagainya.

Dalam baju adat Batak karo ini dipenuhi oleh perhiasan emas. Jenis kain pada pakaian khas Karo terbuat dari pintalan emas atau yang disebut dengan Uis Gara. Kain Uis Gara mempunyai makna kain merah. Kain ini terbuat dari kain tenun tradisional dari benang merah yang terpadu dengan benang putih atau hitam. Selanjutnya terdapat motif emas atau perak yang menjadikan tampilan lebih menarik dengan makna yang mendalam.

Sementara itu Gara berupa selendang panjang yang terbuat dari kain Uis yang diikatkan pada bagian pundak atau kepala. Sedangkan pada bagian bawah terdapat penutup tubuh yang juga bagian dari Uis Gara. Bagi masyarakat Karo, khususnya yang masih tinggal di wilayah pedesaan, sampai saat ini masih memegang teguh warisan budaya dari nenek moyang mereka. Salah satunya adalah dengan tetap melestarikan pakaian adat suku mereka.

Uis Gara terdiri dari beberapa jenis dengan fungsi masing-masing. Seperti Uis Gatip, Uis Nipes Padang Rusak, Uis Beka Buluh, Uis Gatip,dan lain sebagainya. Bahkan beberapa diantara jenis Uis Gara tersebut sudah sulit ditemui karena sudah tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lihat Juga:

  • 3. Pakaian Adat Suku Batak Mandailing

Pakaian adat suku Batak Mandailing cukup terkenal di telinga masyarakat Indonesia. Dalam adat suku Batak, banyak upacara adat yang sering dilakukan. Setiap upacara yang dilakukan suku Batak, selalu menggunakan pakaian adatnya. Baju  adat Batak Mandailing untuk pria terdiri dari ampu untuk mahkota, ulos atau kain tenun, bajo godang atau baju jas, dan rante sebagai gelang. Sedangkan pakaian adat untuk wanita terdiri dari bulang/hiasan kepala, ulos, dan selendang.

Selain itu, upacara tersebut disertai tarian, nyanyian, dan musik untuk mengiringi setiap upacara yang dilakukan. Suku Batak Mandailing memiliki aneka pakaian adat. Pakaian adat suku ini adalah ulos yang dililitkan pada bagian tengah badan. Ciri khas dari pakaian adat ini adalah warnanya yang terang dan terlihat menarik. Warna yang biasa digunakan yaitu merah, hitam, dan keemasan.

Pakaian adat ini memiliki makna yang penting bagi masyarakatnya. Biasanya dikenakan pada acara-acara adat seperti pernikahan, upacara adat, dan festival budaya. Selain itu, juga sering dikenakan sebagai pakaian sehari-hari oleh masyarakat Suku Batak Mandailing.

Pakaian adat selalu memiliki makna yang penting bagi masyarakatnya. Misalnya Ampu melambangkan kebesaran dan kekuasaan. Ulos melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. 

Bajo godang melambangkan kekuatan dan keberanian. Rantai melambangkan kekayaan dan kemuliaan. Bulang melambangkan kecantikan dan keanggunan. Bahkan salempang melambangkan perlindungan dan kehormatan.

Dengan memahami pakaian adat dari suku Batak Mandailing maka kita sekaligus mempelajari budaya dan adat istiadat masyarakat suku tersebut.

Lihat Juga:

  • 4. Pakaian Adat Suku Nias

Pakaian adat suku Nias bernama Baru Oholu dan Baru Ladari. Nias merupakan sebuah kepulauan yang terdapat tepat di sebelah barat Pulau Sumatera. Suku Nias terkenal sebagai salah satu suku di Indonesia yang menjaga kuat nilai-nilai tradisional yang mereka miliki. Beragam budaya tradisional dari suku Nias masih bisa kita saksikan secara langsung.

Perlu Anda ketahui, nama pakaian adat untuk Baru Oholu adalah pakaian untuk pria. Sedangkan Baru Ladari atau Baru Isito merupakan pakaian adat untuk wanita.

Pakaian tradisional tersebut biasanya berwarna merah ataupun kuning yang dikombinasikan dengan warna hitam dan emas. Perpaduan dari warna yang ada pada pakaian adat khas Nias tersebut mirip dengan bendera Jerman. Padahal tidak ada sejarah yang menyatakan bahwa pakaian khas Nias terinspirasi dari misionaris Jerman.

Pada zaman dahulu masyarakat Nias belum mempunyai pabrik tekstil. Sehingga membuat mereka kesulitan untuk memproduksi pakaian dari kapas. Kemudian masyarakat Nias memanfaatkan bahan alami untuk membuat Baru Oholu dan Baru Ladari untuk menjadi pakaian adat dan kebanggaan bagi masyarakat Nias, Sumatera Utara.

Oriba Si’oli atau pakaian adat perempuan yang terbuat dari rumput yang ditenun dan serat isito. Sedangkan untuk pakaian laki-laki terbuat dari serat rumput yang sebelumnya sudah diolah.

Untuk warna putih pakaian tradisional Nias menggambarkan kesucian dan kedamaian. Biasanya digunakan oleh pemuka agama lawas. Sedangkan warna hitam digunakan oleh masyarakat biasa atau golongan petani. Warna hitam menggambarkan ketabahan serta kewaspadaan juga kesedihan yang dirasakan oleh masyarakat.

Kemudian untuk warna kuning sendiri umumnya digunakan kaum bangsawan. Dimana Baru Oholu dan Baru Ladari atau Oriba Si’oli dengan warna kuning ini menggambarkan kebesaran serta kekayaan juga kemakmuran dan kejayaan yang kaum bangsawan memiliki.

Lihat Juga:

  • 5. Pakaian Adat Suku Batak Angkola

Pakaian adat suku Batak Angkola mirip dengan pakaian adat Batak Mandailing. Baju adat Batak tersebut terbuat dari kain Ulos yang mendominasi. Batak Angkola sendiri terletak di Sumatera Utara.

Penggunaan pakaian adat biasanya juga menjadi salah satu ciri khas yang dapat membantu kita untuk membedakan antara suku yang satu dengan yang lainnya. Pakaian adat sendiri adalah salah satu warisan kebudayaan masyarakat harus dilestarikan.

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan pakaian adat tersebut. Salah satunya adalah dengan mengenal jenis-jenis pakaian adat Sumatera Utara termasuk Batak Angkola.

Suku Angkola adalah salah satu etnis yang tinggal di sekitar Tapanuli Selatan. Nama Angkola berasal dari nama sebuah sungai yakni sungai Batang angkola. Angkola merupakan bagian dari suku adat Batak sehingga pakaian adatnya juga berbahan dasar kain ulos Batak Angkola.

Warna dasar dari penggunaan pakaian adat tersebut didominasi hitam perpaduan warna merah. Untuk bentuk kain ulos Batak Angkola yang dijadikan sebagai pakaian adat itu mirip dengan pakaian adat dari suku Batak Mandailing. Perbedaannya terletak pada pakaian perempuan yang lebih didominasi warna merah serta menggunakan selendang yang di selempang.

Dalam penggunaan pakaian adat Batak Angkola ini juga terdapat hiasan kepala. Untuk laki-laki di suku Batak Angkola ini terdapat aksesoris tambahan berupa penutup kepala yang bernama ampu.

Warna hitam yang mendominasi kain ulos Batak Angkola serta dari Ampu ini ternyata mempunyai fungsi magis. Ternyata pada hiasan kepala tersebut terdapat ornamen emas yang melambangkan kebesaran. Lain halnya untuk perempuan terdapat aksesoris berupa hiasan kepala bulang yang berwarna emas.

Lihat Juga:

  • 6. Pakaian Adat Batak Simalungun

Pakaian adat Batak Simalungun merupakan salah satu jenis pakaian adat di Sumatera Utara yang memiliki makna dan bersahaja. Baju adat Batak Simalungun ini terbuat dari kain tenun yang disebut sebagai kain Hiou.

Kain Hiou sendiri merupakan kain tenun Simalungun yang dikenakan sebagai penutup badan. Hiou juga serupa dengan kain khas Ulos. Di Batak, Ulos dikenal dengan sebutan Uis.

Awalnya, Ulos identik dengan jimat. Sebagian masyarakat mempercayainya memiliki kekuatan yang bersifat religius magis. Karena dianggap keramat, memiliki daya tarik dan keistimewaan dapat memberikan perlindungan.

Penggunaan kain Ulos oleh suku bangsa Batak, terdapat kesamaan dengan bangsa Karena yang tinggal di perbatasan Laos, Myanmar, dan Laos. Khususnya, pada ikat kepala, kain, dan juga kain Ulos-nya.

Pakaian adat ini dilengkapi dengan hiasan pendukung. Hiasan yang dipakai pada pakaian pria berbeda dengan pakaian wanita. Untuk pakaian pria menggunakan hiasan berupa penutup kepala yang disebut Gotong, sedangkan pakaian wanita memakai penutup kepala yang disebut Bulang.

Bentuk penutup kepala pria atau Gotong cukup beragam. Ada yang berbentuk seperti kerucut, ada pula yang berbentuk seperti peci.

Selain itu, pakaian adat ini juga mendapatkan tambahan kain pelengkap, suri-suri atau kain samping. Untuk warna pakaiannya juga bervariasi, beberapa diantaranya seperti merah, putih, hitam, hingga ungu. Ketika pakaian adat ini dikenakan, terlihat elegan dan berkharisma.

Lihat Juga:

  • 7. Pakaian Adat Batak Sibolga

Pakaian adat Batak Sibolga memiliki ciri unik karena merupakan hasil pengaruh dari dua budaya, yakni Suku Batak dan Suku Melayu. Hal tersebut bahkan memengaruhi penggunaan Bahasa Melayu di dalam kehidupan sehari-hari.

Pakaian adat mereka mencerminkan perpaduan antara kain Ulos dan kain Uis Gara. Namun, yang membuat pakaian adat Suku Sibolga menonjol adalah kekayaan hasil perpaduan kedua suku tersebut, memberikan kesan yang lebih meriah pada busana mereka.

Umumnya, wanita menggunakan kain dengan dominasi warna merah sementara pria cenderung memilih warna hitam. Perpaduan warna ini memberikan identitas kuat bagi pakaian adat Suku Sibolga, menunjukkan kekhasan yang terdapat dalam pemakaian kain dan penggunaan warna berdasarkan jenis kelamin.

Pakaian tradisional dari suku Batak Sibolga, Sumatera Utara, menampilkan perbedaan yang mencolok dengan sentuhan khas Minangkabau dari pesisir timur. Mengutamakan warna gelap seperti biru, busana adat ini menonjolkan paduan yang unik. Karakteristik utamanya meliputi penggunaan aksesoris kepala tinggi bagi perempuan dan penutup kepala bagi laki-laki.

Bagi wanita, mahkota tinggi menjadi ciri khas yang tak terpisahkan, sementara pria menggunakan penutup kepala yang serupa. Keduanya juga mengenakan kalung emas besar yang menambah kesan kemewahan pada penampilan mereka.

Meskipun terinspirasi dari budaya Minangkabau, pakaian tradisional Batak Sibolga tetap mempertahankan identitasnya sendiri. Busana ini menjadi representasi yang kuat dari kekayaan warisan budaya suku Batak Toba, dengan perbedaan yang mencerminkan kekhasan setiap sub-kelompok dalam budaya yang luas dan kaya akan tradisi.

Lihat Juga:

  • 8. Pakaian Adat Batak Pakpak

Pakaian adat Batak Pakpak yang berasal dari Sumatera Utara, menampilkan keindahan dan keunikannya dalam setiap elemen yang dipakai. Pakaian adat pria terdiri dari beberapa komponen penting yang menunjukkan identitas khas mereka.

Baju Merapi-api, salah satu bagian utama, mengusung gaya melayu dengan leher bulat hitam yang dihiasi manik-manik atau motif api-api. Kain yang digunakan pada baju ini mirip dengan beludru dengan tambahan variasi warna merah putih pada bagian tertentu. Bulang-bulang, penutup kepala khas, digunakan untuk melambangkan kehormatan dan kewibawaan.

Selain itu, pria juga mengenakan celana panjang hitam dengan variasi di ujungnya, serta sarung (Oles Sidosdos) yang berfungsi sebagai penutup celana hitam. Aksesori penting dalam pakaian adat ini termasuk Borgot, sebuah kalung emas dengan 32 keping yang bergambar kepala kerbau, serta Rempu Riar, sebuah pisau yang dibungkus dengan emas dan diselipkan di pinggang melalui rante abak. 

Rante Abak, sebuah ikat pinggang perak, juga digunakan untuk memperkuat posisi sarung dan menunjukkan status serta kewibawaan. Ucang, sebuah tas anyaman daun pandan dengan hiasan manik-manik merah, serta Tongket, sebuah tongkat kayu berkualitas tinggi dengan ukiran khas Pakpak, juga menjadi bagian integral dari aksesori pria Pakpak.

Sementara itu, Baju adat Batak wanita Pakpak juga mempertahankan kekhasan dan keindahan desainnya. Baju Merapi-Api yang dipakai wanita memiliki leher segitiga hitam yang dihiasi dengan manik-manik yang menyerupai kepala kerbau. 

Modelnya mirip dengan baju pria dengan perbedaan pada motif manik-manik dan bentuk kancingnya. Sarung (Oles Perdabaitak) juga digunakan secara melingkar di pinggang, sesuai dengan gaya pakaian adat pria.

Kombinasi dari motif, warna, dan aksesori dalam baju adat suku Batak Pakpak tidak hanya mencerminkan keindahan visual, tetapi juga mengungkapkan nilai-nilai budaya dan tradisional yang sangat dihormati dalam komunitas mereka.

Lihat Juga:

  • 9. Pakaian Adat Batak Melayu

Pakaian adat Batak Melayu merupakan salah satu pakaian adat turun temurun yang biasa digunakan di daerah Sumatera Utara, Indonesia. Pakaian adat ini mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Batak di wilayah tersebut. Selain itu, pakaian tradisional ini memiliki desain yang khas dan sarat makna sebagai identitas yang kuat bagi siapapun yang memakainya.

Salah satu elemen baju adat batak ini yang paling menonjol adalah “Ulos”, sebuah kain tenun tangan dengan motif yang bervariasi. Bukan hanya sekedar pakaian, Ulos juga merupakan simbol kebahagiaan, keberkahan, dan perlindungan. Pemilihan motif Ulos dapat mencerminkan tahapan kehidupan, status sosial, atau keperluan upacara tertentu.

Pria Batak Melayu sering mengenakan “Baju Melayu” yang berwarna gelap dengan kancing bagian depan dan celana panjang. Sementara itu, wanita Batak Melayu akan mengenakan “Ulos Ragidup” untuk tubuh bagian atas dan bawahan dengan warna dan motif yang serasi.

Selain Ulos, aksesoris seperti, songket dan sirap juga menjadi bagian penting dari pakaian adat ini.

Songket merupakan sebuah kain tenun dengan hiasan emas atau perak yang dapat menambah kemewahan dalam berbusana. Sedangkan, sirap adalah kalung atau gelang khas Batak yang berasal dari bahan perak atau emas.

Selain biasa dikenakan dalam acara formal, pakaian adat ini juga dapat menjadi busana untuk menghadiri upacara adat seperti perkawinan atau upacara keagamaan.

Dengan pakaian adat ini, masyarakat Batak Melayu senantiasa menjaga keberlanjutan dan kelestarian warisan budaya mereka. Harapannya pelestarian ini berjalan sambil tetap memperkaya dan menghormati nilai-nilai tradisional dalam kehidupan sehari-hari. 

Lihat Juga:

  • 10. Pakaian Adat Batak Dairi

Pakaian adat Batak Dairi merupakan salah satu pakaian yang mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat Batak Dairi, Sumatra Utara.  Baju adat Batak ini menggambarkan keunikan dan keindahan warisan leluhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Salah satu ciri khas pakaian adat ini adalah penggunaan kain tenun Ulos dengan motif khas daerah tersebut. Selain menjadi sebuah pelengkap dalam busana, Ulos juga menjadi simbol kebersamaan, kebahagiaan, dan perlindungan. Biasanya, Ulos memiliki motif dengan sejuta makna filosofis, seperti kehidupan, keberanian, atau kesuburan.

Pria Batak Dairi umumnya mengenakan “Baju Kurung” yang terdiri dari baju panjang dengan kancing depan dan celana panjang. Sementara itu, untuk kaum wanita “Ulos Ragi Hotang” dengan motif dan warna yang khas menjadi busananya.

Beberapa aksesoris seperti sitoluama atau toli-toli sering digunakan sebagai pelengkap dari pakaian adat ini. Sitoluama sendiri adalah hiasan kepala yang umumnya berasal dari perak. Sementara itu, toli-toli merupakan kalung panjang yang digunakan oleh wanita Batak Dairi.

Selain menjadi busana umum dalam upacara adat, pakaian adat ini juga dapat menjadi busana untuk perayaan dan acara keagamaan. Penggunaan pakaian adat ini tidak hanya sebagai identitas budaya, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan nenek moyang.

Menjaga dan melestarikan budaya ini dengan cara menggunakannya, dapat menjadi sebuah upaya untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian warisan budaya lokal yang membanggakan. 

Lihat Juga:

Itu dia ragam baju adat Batak di Sumatera Utara yang bisa anda lihat keunikannya. Pakaian adat Batak sering dipakai di upacara adat dan acara-acara lain.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post