SWI Tour & Travel Blog 8 Rumah Adat Batak, Melihat Rumah Tradisional Suku Batak dari Toba, Karo, Pakpak, Angkola, DLL

8 Rumah Adat Batak, Melihat Rumah Tradisional Suku Batak dari Toba, Karo, Pakpak, Angkola, DLL

rumah adat batak

Rumah adat Batak dikenal unik dan menjadi salah satu warisan budaya Suku Batak. Batak memiliki beberapa sub-suku sehingga memiliki beragam rumah tradisional seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Angkola, Batak Pakpak-Dairi, Batak Mandailing, Batak Pasisi dan Pardembanan.

Bagi anda yang ingin mengenal budaya Batak, anda bisa mengunjungi Pulau Samosir dimana anda akan melihat salah satu pusat kebudayaan Batak yang ada di Sumatera Utara. Berikut paket wisata Medan Samosir yang bisa anda lihat:

Suku Batak memiliki banyak sejarah dan budaya yang menarik. Budaya ini menghiasi tradisi Batak, senjata tradisional Batak, upacara adat Batak, makanan khas Batak hingga rumah adat Batak. Ada beberapa rumah tradisional suku Batak yang patut anda ketahui dan anda juga boleh melihat langsung. Berikut daftar rumah adat Batak yang bisa anda jumpai di Sumatera Utara:

  • 1. Rumah Jabu Bolon, Rumah Adat Batak Toba

Rumah Jabu Bolon merupakan rumah adat Batak Toba yang berasal dari daerah Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara memiliki rumah adat yang sangat istimewa, dikenal sebagai rumah bolon.

Ini merupakan warisan budaya yang mencerminkan kekhasan dan kehidupan masyarakat Batak Toba. Rumah adat ini tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi penduduk asli, tetapi juga sebuah simbol dari teknologi dan peralatan yang digunakan dalam pembuatannya.

Lihat Juga:

Rumah bolon adalah struktur yang mencerminkan ciri khas yang unik, terlihat dari ukurannya yang besar dan atapnya yang runcing pada bagian depan dan belakang. Dulunya, rumah bolon digunakan oleh bangsawan seperti raja, permaisuri, dan pengawal raja.

Namun seiring waktu, rumah ini menjadi tempat tinggal bagi penduduk lokal. Beberapa di antaranya bahkan dijadikan objek wisata, seperti rumah bolon di desa adat Ompu Marjobu Situngkir, Kabupaten Samosir.

Rumah bolon dibangun dengan bahan utama kayu dan disusun dengan menggunakan pasak pada sudut-sudutnya untuk memastikan kekokohan struktur. Dengan tinggi 1,75 meter di atas tanah, rumah ini memiliki akses masuk dengan anak tangga berjumlah ganjil di bagian depannya. 

Tiang penyangga rumah dihiasi dengan ornamen gatip-gatip yang merupakan jenis ular berbisa, memiliki makna filosofis dalam kepercayaan lokal. Pintu masuk yang rendah sengaja dibuat untuk menghormati tamu yang masuk.

Sedangkan hiasan ornamen halikkip di bagian depan dan sisi kanan serta kiri rumah melambangkan kerapian dan keteraturan. Rumah bolon berbentuk persegi panjang dan cukup besar untuk dihuni oleh beberapa keluarga.

Atapnya yang runcing pada bagian depan lebih rendah dari bagian belakang, merujuk pada wilayah yang disakralkan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam rumah bolon. 

Terdapat enam bagian dengan fungsi masing-masing seperti ruang keluarga, ruang jabu bona yang dihuni oleh anggota keluarga tertinggi, ruang tamu, hingga kolong rumah yang dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan barang, bahan pangan, dan ternak.

Rumah bolon tidak hanya sebuah bangunan, tetapi juga sebuah warisan budaya yang menggambarkan kehidupan dan nilai-nilai masyarakat Batak Toba.

Lihat Juga:

  • 2. Rumah Jabu Parsakitan, Rumah Adat Batak Toba

 

Rumah Jabu Parsakitan adalah Rumah Adat Batak Toba di Provinsi Sumatera Utara. Bangunan khas ini menjadi bagian dari Rumah Balai Batak Toba yang umumnya berdampingan dengan Jabu Bolon.

Lain dari Jabu Bolon yang merupakan rumah besar tanpa sekat untuk berkumpul keluarga. Jabu Parsakitan menjadi ruangan khusus dengan sejumlah fungsi. Salah satunya untuk menyimpan benda pusaka dan barang-barang berharga lainnya.

Lihat Juga:

Jabu Parsakitan juga berguna untuk beragam kegiatan sosial. Misalnya menjadi tempat berunding ketika akan mengadakan upacara adat, acara keluarga, atau perayaan keagamaan.

Pentingnya rumah adat ini membuat masyarakat Batak Toba selalu berupaya merawat serta meneruskan tradisi maupun nilai-nilai luhur kepada para generasi penerus.

Arsitekturnya terlihat sangat khas. Sebagian besar bangunan Jabu Parsakitan terbuat dari kayu pilihan yang kokoh dan tahan lama. Seolah mencerminkan kepiawaian masyarakat Batak dalam mengolah bahan alam menjadi struktur bangunan yang luar biasa.

Begitu juga dengan setiap elemen Jabu Parsakitan yang memiliki makna filosofis dalam kehidupan masyarakat Batak. Sebut saja, struktur rumah tinggi melambangkan hubungan vertikal dengan alam roh. Sementara beberapa ukirannya menggambarkan mitologi sekaligus nilai-nilai kehidupan.

Berkat pesonanya, kita semakin tahu bahwa Jabu Parsakitan menjadi bagian penting dari identitas dan warisan budaya Indonesia, khususnya Suku Batak. Karena itu, menjaga, merawat, dan melestarikannya adalah langkah yang wajib dilakukan.

Lihat Juga:

  • 3. Rumah Adat Jerro, Rumah Adat Pakpak

Rumah Adat Jerro merupakan Rumah Adat Pakpak di Provinsi Sumatera Utara. Bangunan adat ini mempunyai bentuk yang sangat khas. Material utama bangunan berbahan dasar kayu, sementara atapnya dari ijuk.

Desain Rumah Jerro seolah menggambarkan wujud seni budaya Suku Pakpak. Bagaimana tidak, setiap sudutnya memiliki arti simbolis sendiri-sendiri.

Lihat Juga:

Misalnya bubungan atap yang melengkung kerap disebut “Petarik-tarik Mparas ingenken ndengel”. Maknanya dalam bahasa Indonesia adalah “Berani mengambil resiko yang berat demi mempertahankan adat istiadat”.

Di sisi lain atap terdapat tampuk bubungan dengan simbol “Caban”. Tampuk bubungan ini menunjukkan keyakinan besar terhadap Puak Pakpak. Sementara tanduk kerbau yang menempel pada bubungan berarti “Semangat kepahlawanan Puak Pakpak”.

Dari atap, kita beralih ke bentuk bangunan rumah secara keseluruhan yang memiliki bentuk segitiga. Bentuk segitiga ini ternyata juga punya makna khusus, yakni menggambarkan susunan adat istiadat Puak Pakpak.

Terlebih dalam hal kekeluargaan yang terdiri atas tiga unsur meliputi SENINA (saudara kandung laki laki), BERRU (saudara kandung perempuan), dan PUANG (kemanakan). Tepat di bagian depan bangunan rumah berdiri sepasang tiang besar bernama “Binangun”. Tiang ini memiliki makna “Kerukunan rumah tangga antara sepasang suami istri”.

Menariknya, unsur tangga pada Rumah Jerro biasanya berjumlah ganjil. Tujuannya untuk menandakan bahwa keluarga di rumah tersebut adalah keturunan raja. Sementara bagi kalangan biasa cenderung membuat tangga depan dengan jumlah genap.

Lihat Juga:

  • 4. Rumah Adat Bagas Godang, Rumah Adat Batak Mandailing

Rumah adat Bagas Godang merupakan rumah adat Batak Mandailing di wilayah Sumatera Utara. Etnis Mandailing adalah komunitas yang bermukim di Sumatera Utara, khususnya di Tapanuli Selatan. 

Ini merupakan sebuah bangunan kayu yang merupakan warisan dari Raja Djunjungan Lubis, yang menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara ke-6. Struktur atapnya memiliki bentuk tarup silengkung dolok, menyerupai atap pedati yang menjadi ciri khas dari bangunan kuno tersebut.

Lihat Juga:

Bangunan Bagas Godang mengusung arsitektur khas Mandailing, berbentuk empat persegi panjang yang didukung oleh kayu-kayu besar dengan jumlah ganjil. Ruangannya terbagi menjadi ruang depan, ruang tengah, ruang tidur, dan dapur, semuanya terbuat dari kayu. Bangunan ini memiliki kolong dengan tujuh atau sembilan anak tangga, serta pintu yang lebar dengan suara keras ketika dibuka.

Bagi masyarakat Mandailing, Bagas Godang dianggap sebagai tempat yang sakral karena adat dan hukum yang berlaku dalam komunitas Mandailing tercermin dalam bangunan tersebut. Di masa lampau, rumah kayu seluas 39-20 meter ini menjadi tempat di mana masyarakat berkumpul untuk melakukan musyawarah dan mengambil keputusan terkait berbagai masalah yang dihadapi.

Salah satu ciri khas mereka adalah keberadaan Bagas Godang, sebuah rumah adat yang merupakan tempat tinggal bagi Raja Mandailing. Bagas Godang ini sering kali berpasangan dengan Sopo Godang, sebuah balai sidang adat.

Sopo Godang, yang digunakan untuk persidangan adat, biasanya dibangun tanpa dinding. Konsep ini mencerminkan sifat demokratis pemerintahan kampung, di mana proses persidangan adat dapat dihadiri langsung oleh masyarakat.

Bagas Godang memiliki sejumlah ciri khas, seperti jumlah tiang bangunan yang biasanya ganjil, sejalan dengan jumlah anak tangga yang juga ganjil. Di halaman yang luas, yang disebut Alaman Bolak Silangse Utang, terdapat alat musik Gordang Sambilan, yang dulunya memiliki nilai sakral bagi etnis Mandailing.

Alaman Bolak Silangse Utang adalah tempat di mana seseorang bisa mencari perlindungan dari bahaya. Tradisi menyatakan bahwa ketika seseorang memasuki halaman ini, mereka dilindungi oleh raja dan hal ini dianggap tak tergugat.

Baik Bagas Godang maupun Sopo Godang melambangkan keagungan masyarakat Huta, menegaskan kedaulatan mereka dalam menjalankan tata pemerintahan dan adat istiadat.

Meskipun demikian, keduanya dihormati dan dimiliki bersama oleh masyarakat tanpa mengurangi penghormatan terhadap hak penuh raja dan keluarganya terhadap Bagas Godang. Dahulu, keduanya tidak memiliki pagar dan terpisah dari rumah-rumah penduduk, menunjukkan kedekatan antara struktur adat dengan masyarakat.

Lihat Juga:

  • 5. Rumah Bolon, Rumah Adat Batak Simalungun

Rumah Bolon merupakan rumah adat Batak Simalungun. Adat ini memiliki ciri khas serta berbeda dari rumah adat Batak lainnya.

Suku Batak merupakan salah satu suku yang berada di wilayah Sumatera Utara. Suku ini terbagi menjadi 6 suku, salah satunya yaitu Suku Simalungun. Mempunyai adat istiadat yang berbeda serta mempunyai rumah adatnya yang berbeda pula.

Suku Batak Simalungun bertempat tinggal di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Suku ini mempunyai rumah adat yang bernama Rumah Bolon. Walaupun nama rumah adatnya sama dengan rumah adat suku Batak Toba, namun terdapat perbedaan pada bagian arsitekturnya.

Rumah Bolon Suku Simalungun mempunyai bentuk rumah panggung serta dibangun menggunakan material bangunan yang tersusun atas kayu dengan tiang-tiang besar serta kokoh. Bagian dindingnya menggunakan papan atau tepak. Lantainya juga terbuat dari papan, sementara atapnya menggunakan ijuk atau daun rumbia.

Pembuatan Rumah Bolon tidak memakai paku, melainkan hanya diikat memakai tali dengan kuat. Rumah adat ini juga mempunyai kolong yang mempunyai ketinggian kurang lebihnya 2 meter. Biasanya kolong ini dipakai untuk memelihara hewan. Di antara seperti babi, ayam, dan lain sebagainya.

Bagian pintu rumah mempunyai kesamaan dengan rumah adat Batak lainnya yakni menggunakan pintu pendek, maka tamu harus menunduk untuk masuk ke dalam. Hal tersebut simbol bahwa tamu harus menghormati pemilik rumah.

Dibandingkan dengan Rumah Bolon suku Batak lainnya,  Rumah Bolon, rumah adat suku Batak Simalungun ini mempunyai arsitektur yang unik. Terutama pada bagian kaki bangunan yang berbentuk seperti susunan kayu yang masih bulat-bulat atau gelondongan. Keunikan lainnya terdapat pada atapnya yang diberi limasan dengan bentuk kepala kerbau lengkap beserta tanduknya.

Lihat Juga:

  • 7. Rumah Adat Angkola

Terdapat banyak jenis rumah adat yang ada di Sumatera Utara salah satunya rumah adat Angkola. Banyak pula bangunan adat yang hadir dengan ciri khas maupun keunikan tersendiri. Sumatera sendiri terkenal dihuni mayoritas suku Batak. Kemudian, suku Batak ini memiliki ciri khas dengan rumah Angkola.

Angkola merupakan bangunan khas Batak dengan material papan kayu pada bagian lantai serta dindingnya. Sedangkan bagian atapnya memakai bahan ijuk atau dengan tanah liat. Rumah ini mempunyai bentuk panggung bertiang pada bagian kanan dan kiri bangunan sebagai penyangga.

Penting untuk diketahui, jika Angkola adalah etnis tersendiri. Walaupun, banyak orang yang menyamakan bangunan adat ini dengan Bagas Gondang rumah adat Mandailing. Akan tetapi, penting untuk diketahui jika terdapat perbedaan keduanya, mulai dengan desain, struktur, ornamen, hingga pada pembagian area utama.

Desain dan ornamen bangunan Angkola ini memiliki filosofi dan makna tersendiri. Bagian atas pintu terdapat lukisan grongga. Lukisan tersebut bermakna sebagai wujud persaudaraan antar masyarakat yang kental dan kuat. Kemudian, untuk bagian strukturnya, Angkola sendiri tentu ada keunikannya. Yakni bagian atap dibuat menyerupai pelana kuda.

Tembok rumah tidak memakai plafon dan tidak terlalu tinggi, atau hanya setinggi orang dewasa. Bangunan adat ini memiliki bentuk kotak dengan atap berukuran besar bagian depan. Lalu, terdapat atap kecil dengan bentuk segitiga bagian atasnya. Selain itu, bangunan ini juga didominasi warna coklat, putih, serta orange.

Lihat Juga:

  • 7. Rumah Adat Siwaluh Jabu, Rumah Adat Batak Karo

Rumah Adat Siwaluh Jabu merupakan rumah adat Batak Karo yang menarik untuk diulik ciri khas dan keunikan setiap sudutnya. Banyak yang mengungkapkan jika rumah adat ini megah. Lantas, apa yang menjadikannya sebagai bangunan yang unik? Dalam arti kata, nama Siwaluh Jabu adalah berasal dari bahasa Karo. Yakni, Waluh memiliki makna delapan, sedangkan Jabu artinya rumah. Sehingga, dapat mengandung arti Siwaluh Jabu merupakan rumah dengan delapan ruangan.

Kemudian, Siwaluh Jabu dibangun menggunakan bahan bangunan bambu, kayu, dan ijuk. Untuk bagian tiang, lantai, kerangka, serta dinding memakai bahan kayu. Lalu, untuk teras dan atapnya menggunakan bambu. Sedangkan ijuk dipakai untuk membuat bagian atap. Ijuk ini mampu melindungi rumah dari hujan dan panas terik.

Desain yang dipakai sama seperti rumah panggung. Hal yang menarik lainnya adalah pembuatannya tidak memakai paku, walau satu buah pun. Bagian struktur bangunan sama seperti rumah umum lainnya. Akan tetapi terdapat bagian yang sarat akan makna, yakni berkaitan dengan budaya masyarakat Karo.

Rumah adat ini terdiri dari empat bagian. Bagian yang pertama adalah kolong. Kolong ini dulu bermanfaat untuk memelihara hewan ternak. Akan tetapi kolong ini sudah terpisah dan berjarak dengan tujuan menjaga kesehatan.

Selanjutnya terdapat bagian inti rumah. Di dalam bagian inti ini dipergunakan beraktivitas. Ada delapan ruangan dalam bagian ini. Posisinya saling berhadapan kedua sisinya. Kemudian, ruang-ruang ini terpisah dengan kain atau sekat. Sedangkan satu ruang dapur yang dapat dipakai kolektif untuk dua keluarga. Pintu rumah ini dibuat lebih kecil atau rendah dengan tujuan menghormati si pemilik rumah. Karena jika tamu akan masuk, tentunya menunduk lebih dulu.

Selanjutnya, bagian ketiga adalah ruang atas untuk menyimpan kayu bakar. Lalu, yang terakhir adalah bagian teras atau biasa mereka sebut dengan istilah ture. Ture terletak dua tempat, bagian depan maupun belakang rumah. Bagian ini juga menjadi tempat para wanita Karo saat ingin bersantai atau menikmati waktu senggang. Biasanya mereka menganyam tikar.

Lihat Juga:

  • 8. Rumah Adat Batak Pasisi

Rumah Adat Batak Pasisi menjadi salah satu bagian dari kebudayaan Sumatera Utara yang wajib dilestarikan. Rumah adat ini juga mempunyai banyak jenis serta nama. Suku Batak Pasisi ialah salah satu penghuni provinsi Sumatera Utara. Khususnya yang menempati kawasan Sibolga serta Tapanuli Tengah, atau lebih tepatnya pada bagian sepanjang pantai bagian barat.

Suku Pasisi ini sebenarnya berasal dari suku Batak Toba, Mandailing, serta Angkola. Mereka menetap selama beratus-ratus tahun di Tapanuli serta Sibolga. Oleh sebab itu, terjadi asimilasi budaya terhadap ketiga suku tersebut. Apalagi ditambah dengan hadirnya imigran asal Minangkabau serta Melayu. Maka, terjadilah perkawinan antara suku-suku tersebut. Dari hal tersebut, maka terbentuklah kelompok masyarakat yang dikenal dengan nama Suku Pasisi.

Awal mulanya, Suku Pasisi memakai bahasa Batak untuk sehari-hari. Akan tetapi pada saat terjadi asimilasi budaya antara Melayu dan Minang tersebut, maka ada perubahan dan akhirnya menjadi Bahasa Pasisi. Bahasa Pasisi tersebut yang dipakai hingga saat ini.

Dengan meleburnya dua kebudayaan, maka Banguan rumah suku Pasisi juga mempunyai keunikan tersendiri. Arsitekturnya juga merupakan campuran dari desain Melayu dan Minang. Banguannnya berbentuk menyerupai rumah panggung. Begitu juga dengan material pembuatannya. Untuk dinding serta lantainya terbuat dari kayu, sedangkan atapnya dari ijuk. Terdapat ukiran yang mengelilingi bagian dinding bawah. Ada pula hiasan atau ukiran kayu pada bagian depan rumah yang membuatnya semakin estetik.

Lihat Juga:

Itulah keberagaman rumah adat Batak yang bisa anda lihat. Anda bisa mengunjungi rumah tradisional suku Batak diatas di Sumatera Utara.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post