SWI Tour & Travel Blog 15 Rumah Adat Padang Sumatera Barat, Rumah Tradisional Minangkabu, Sumbar

15 Rumah Adat Padang Sumatera Barat, Rumah Tradisional Minangkabu, Sumbar

Rumah Adat Padang

Keunikan rumah adat Padang karena bentuk atapnya yang menjulang runcing. Rumah tradisional Padang merupakan salah satu rumah adat yang kaya akan seni yang memiliki karakteristik dan keunikannya sendiri serta memiliki fungsi berbeda-beda. Rumah adat minang menggambarkan kehidupan masyarakat Minangkabau.

Padang selain terkenal dengan kuliner, wisata alam dan wisata baharinya, Padang juga memiliki budaya yang menarik untuk dilihat. Jika anda tertarik untuk berlibur ke Padang, anda bisa memilih paket tour Padang berikut:

Bagi anda yang ingin mengeksplorasi destinasi lain di Pulau Sumatera, anda bisa melihat paket wisata ke destinasi populer lain di Pulau Sumatra berikut:

Padang memiliki rumah adat sebagai warisan yang diturunkan oleh nenek moyang. Rumah adat Padang memiliki desain atau arsitektur unik dan memiliki karakteristik atau ciri khasnya tersendiri. Rumah tradisional ini banyak dijumpai di Sumatera Barat. Berikut rumah adat Padang yang bisa anda lihat:

  • 1. Rumah Gadang
paket tour padang bukittinggi

Rumah Gadang merupakan rumah adat Padang, Sumatera Barat. Rumah adat ini menjadi salah satu bentuk unik bangunan khas yang masih lestari hingga sekarang. Bagunan khas suku Minangkabau ini juga dikenal sebagai Rumah Godang, Baanjuang, serta Bagonjong.

Bentuk atapnya khas yakni runcing di kedua ujungnya, menyerupai tanduk sapi/kerbau. Lalu di bagian tengah tampak melengkung lancip dan dikenal dengan nama Gonjong. Sehingga, masyarakat Minangkabau menyebutnya dengan Bagonjong. Bentuk rumah tersebut merupakan simbol untuk masyarakat Minang. Bahkan, kepala pengantin perempuan dihias berbentuk Gonjong.

Lihat Juga:

Jika mengulik zaman dahulu, rumah adat ini memiliki rangka dengan tap yang terselimut ijuk. Ijuk ini mampu bertahan selama puluhan tahun. Akan tetapi, seiring waktu berubah, maka atap tersebut diganti dengan bahan yang mudah didapatkan, seperti seng.

Segi banguannnya, rumah adat ini memiliki bentuk persegi panjang. Hiasan bagian depan berupa ornamen dengan motif bunga, daun, akar, juga bidang segi empat maupun jajar genjang. Dinding rumah ini pada umumnya terbuat dari ukiran papan kayu. Sementara untuk bagian belakang terbuat dari bambu.

Untuk bagian halaman rumah, biasanya ada dua banguan dengan atap menyerupaia Gadang (Rangkiang). Rangkiang merupakan bangunan yang fungsinya tempat untuk menyimpan padi.

Bangunan rangkiang ini biasanya terdiri dari 2 buah dan terletak di depan rumah. Kemudian, sebelah kanan serta kiri rumah ada ruang sebagai tempat untuk menobatkan kepala adat maupun menyandingkan pengantin.

Lihat Juga:

  • 2. Rumah Gadang Gajah Maharam

Rumah Gadang Gajah Maharam merupakan rumah adat Padang dengan karakteristik bangunan yang unik. Memiliki ukuran yang luas dengan desain mewah dan megah.

Pembangunan rumah adat ini tidak bisa dilakukan asal-asalan. Material kayu yang digunakan harus memiliki nilai ekonomi tinggi.

Beberapa jenis kayu yang biasa digunakan yakni kayu ruyung, kayu surian, dan kayu juar. Jenis kayu tersebut dinilai memiliki kualitas dan mutu yang bagus.

Lihat Juga:

Pada bagian atapnya, tidak menggunakan ijuk kelapa. Namun, atapnya terbuat dari seng sehingga terlihat lebih modern.

Bentuk atapnya yang seperti perahu tidak jauh berbeda dengan rumah adat lainnya. Hal ini karena bagian bawahnya memiliki ukuran yang lebih kecil, sedangkan bagian atas berukuran besar.

Beralih ke bagian dalamnya, kita akan menemukan setidaknya empat buah kamar. Masing-masing kamar memiliki pintu dengan ukiran-ukiran khas Minang. Karena ciri khasnya inilah sehingga termasuk ke dalam kategori rumah sultan.

Karena terbuat dari material-material pilihan, memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap guncangan gempa. Sumber dari kekuatannya juga berasal dari 30 tiang sebagai penopang. Tak heran jika rumah adat ini kuat dan kokoh, sehingga menjadi tempat singgah yang nyaman.

Tidak hanya materialnya saja yang ditentukan dalam pembangunannya rumah adat ini harus menghadap ke arah utara. Sementara itu, pada bagian dinding barat, timur, dan selatan harus ditutup dengan sasak.

Lihat Juga:

  • 3. Rumah Gonjong Anam

Rumah Gonjong Anam merupakan rumah tradisional Padang yang memiliki bentuk seperti Rumah Gajah Maharam. Bedanya, rumah tradisional ini sudah mengalami berbagai modifikasi.

Salah satunya adalah ukiran khas Minang yang membuat bangunannya menjadi beranjung. Ukiran khas Minangkabau ini bisa kita lihat di beberapa bagian rumah.

Setiap ukirannya memiliki nilai seni dan keindahan. Hal ini bertujuan untuk menjunjung tinggi budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Lihat Juga:

Karena Salangkongnya menggunakan papan, gaya bangunan Rumah Gonjong Anam tampak lebih modern. Berbeda dengan rumah tradisional lainnya yang masih menggunakan anyaman bambu sebagai Salangkongnya.

Papannya ini memiliki kualitas dan ketahanan yang sangat baik. Bahkan, tahan terhadap serangan rayap dan perubahan cuaca yang ekstrim. Dengan karakteristik kayunya inilah, membuat Rumah Gonjong Anam dapat berdiri dengan tegak dan kokoh.

Selain itu, pada bagian dindingnya terdapat banyak jendela yang memudahkan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan. Sehingga suasana rumah menjadi lebih hangat, cerah, dan sehat.

Jumlah jendela yang lebih banyak ini, juga menjadi pembeda Rumah Gonjong Anam dengan rumah-rumah lainnya.

Untuk bentuk atapnya tidak memiliki banyak perubahan. Masih tetap mempertahankan bentuk seperti perahu dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawahnya.

Rumah Gonjong Anam adalah hasil dari gabungan warisan budaya dan tradisi dengan sentuhan modern. Tak heran jika mampu menciptakan kesan yang harmonis dan mewah.

Lihat Juga:

  • 4. Rumah Gonjong Ampek Baajuang

Rumah Gonjong Ampek Baanjuang adalah salah satu rumah adat Sumatera Barat. Bangunan ini bisa dengan mudah Anda temukan di kawasan Luhak Nan Tigo.

Perihal desain, bangunan ini memiliki 4 buah gojong di bagian atapnya. Lalu di dalamnya ada 7 ruangan lebih. Di bagian kanan dan kirinya ada anjung. Keberadaan anjung sendiri menjadi ciri khasnya.

Dengan memahami ciri khas tersebut, Anda tentu bisa lebih mudah untuk membedakannya dengan rumah adat Padang lainnya. Terkait hal itu, hingga saat ini masyarakat sekitar masih melestarikan bentuk rumah adat tersebut.

Lihat Juga:

Adanya dua anjung di rumah tersebut seringkali warga Minang manfaatkan ketika upacara adat pernikahan. Masih berlanjut soal desain, bangunan ini berbentuk persegi yang terus memanjang ke samping.

Apabila melihat secara keseluruhan, rumah adat ini memiliki tampilan yang megah dan mewah di Sumatera Barat. Penempatan rumah ini juga dentic dengan halaman rumah yang luas.

Penampilan bangunan ini semakin memanjakan mata karena berselimut view mengesankan. Mulai dari pemandangan perbukitan yang asri, tatanan pekarangan rumah yang rapi, dan lainnya.

Hawa udaranya juga menyegarkan. Tak heran jika keberadaan rumah adat ini jadi magnet tersendiri. Siapa saja tertarik untuk mengunjungi bangunan rumah ini.

Karena daya tarik tersebut, rumah adat di Luhak Nan Tigo sering jadi buruan wisatawan. Bahkan banyak pecinta fotografi yang juga tertarik ingin hunting foto di kawasan ini.

Lihat Juga:

  • 5. Rumah Gadang Surambi Papek

Rumah Gadang Surambi Papek merupakan rumah adat di Sumatera Barat. Berbeda dengan rumah adat lainnya, bangunan ini memiliki keunikan tersendiri.

Keunikan tersebut juga jadi kekhasannya. Perlu untuk Anda ketahui bahwa rumah adat ini memiliki akses pintu yang berbeda.

Saat Anda masuk ke rumah melalui pintu utama, nantinya jangan keluar lewat pintu tersebut. Anda harus keluar melalui pintu lainnya yang ada di belakang.

Terkait keunikan tersebut, sebenarnya juga sudah terlihat dari penamaannya. Papek sendiri memiliki arti yaitu pintu masuk dari sisi belakang.

Istilah ini juga terkenal dengan sebutan bapamokok. Karenanya, banyak yang menyebut rumah adat ini sebagai Rumah Gadang Bapamokok.

Dulunya, rumah adat ini hanya memiliki pintu belakang sebagai pintu utama. Tipe bangunan ini memiliki filosofi tersendiri.

Saat memasuki rumah dari pintu belakang, berarti telah mengikuti prinsip bahwa pemilik rumah adalah perempuan. Laki-laki (menantu) hanyalah menumpang.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, rumah adat tersebut sudah memiliki pintu depan. Pintu belakang pun hanya berfungsi sebagai akses keluar rumah.

Untuk menemukannya, kini Anda bisa melihatnya secara mudah di kawasan Luhak Agam. Di kawasan tersebut, Anda bisa jumpai rumah adat ini dengan sayap di bagian kanan dan kiri atapnya.

Tak hanya itu, Anda juga bisa lihat anak tangga sebanyak 2 buah yang melengkapi bangunannya. Terlihat jelas bahwa rumah adat ini memang unik dan memiliki keistimewaan tersendiri.

Lihat Juga:

  • 6. Rumah Gadang Batingkek
istana basa pagaruyung

Rumah Gadang Batingkek ialah rumah adat Minang yang unik dan memiliki daya tarik tersendiri. Bisa kita bilang unik dan menarik karena bangunan ini mempunyai banyak tingkat. Hal tersebut sesuai dengan penamaannya yaitu batingkek yang berarti bertingkat.

Bangunan ini memang terdiri dari gonjong bertingkat-tingkat yang bentuknya runcing. Bentuknya juga tampak melengkung ke atas.

Tak berhenti di situ saja karena bangunan ini juga memiliki dua gonjong yang arahnya menghadap ke depan. Bagian ini berperan penting sebagai jendela sekaligus pelindung rumah.

Dengan desain tersebut, bangunan ini mengingatkan kita dengan Rumah Gadang Gajah Maharam. Kendati demikian, ada kekhasan sendiri yang membedakan keduanya.

Rumah adat ini memiliki ukuran yang lebih besar dan megah dari Rumah Gadang Gajah Maharam. Meski begitu, kesan secara menyeluruh, bangunan ini terlihat kuno dan tua.

Namun Anda jangan memandangnya sebelah mata. Dibalik kesan tersebut, rumah adat ini dipercaya memiliki ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.

Hal ini lantaran tiang-tiang rumahnya tidak ditanam di atas tanah, melainkan batu. Dengan bangunan yang kokoh pun, tentu siapa saja yang menempati rumah adat ini bisa merasa lebih aman dan nyaman.

Berkat keistimewaan tersebut, tak heran jika saat ini masih bisa Anda temukan rumah adat tersebut. Khususnya ketika Anda berada di wilayah Singkarak, Sumatera Barat. Di kawasan tersebut masih ada banyak warga yang membangun rumah adat ini.

Lihat Juga:

  • 7. Rumah Gadang Gonjong Limo

Rumah Gadang Gonjong Limo merupakan rumah adat khas Minangkabau di Provinsi Sumatera Barat. Dahulu kala, bangunan tradisional unik ini cukup lestari dan banyak tersebar di setiap sudut Kota Padang.

Namun, seiring perkembangan zaman, bangunan-bangunan modern mulai menggeser populasi Gadang Gonjong Limo. Kendati demikian, kini, kita masih dapat melihat bangunan megahnya di kawasan Koto Nan Ampek Kodya Payakumbuh, Padang.

Ciri khas paling menonjol dari Gadang Gonjong Limo dapat kita lihat pada tambahan gonjong. Tepatnya di sisi kiri serta kanan bangunan. Sementara pada bagian atapnya juga tak kalah unik. Bagaimana tidak, proporsi atapnya terdiri atas lima bagian yang setiap ujungnya berbentuk lancip.

Jika diamati secara sekilas, Gadang Gonjong Limo hampir menyerupai Gajah Maharam. Jenis lain dari rumah Gadang di Sumatera Barat. Terutama pada bagian pengakhiran bangunan. Hanya saja, Gadang Gonjong Limo tidak memiliki tambahan anjuang.

Anjuang sendiri merupakan ruangan tambahan. Biasanya berfungsi sebagai tempat anak-anak bermain atau ruang menenun bagi para wanita Minang. Selain itu, jika Gajah Maharam merupakan tipe rumah adat yang termasuk golongan mewah, maka Gadang Gonjong Limo adalah versi sederhananya.

Meski menjadi versi sederhana, tetap saja dalam proses pembangunannya tidak bisa sembarangan. Terdapat banyak syarat yang harus dipatuhi. Salah satunya pemilihan material kayu harus memiliki kualitas unggulan. Sehingga tak heran jika Gadang Gonjong Limo tetap mampu berdiri kokoh meski sudah berabad-abad.

Lihat Juga:

  • 8. Rumah Gonjong Sibak Baju

Rumah Gonjong Sibak Baju merupakan salah satu jenis rumah adat khas Minangkabau, di Provinsi Sumatera Barat. Konon katanya, pemberian nama “Gonjong Sibak Baju” sendiri berasal dari busana adat Suku Minang.

Pasalnya, rumah tradisional ini sengaja dibangun menyerupai dengan baju adat Sumatera Barat ketika disibak (belahan baju). Konsep bangunannya terlihat cukup lawas. Terlebih jika kita bandingkan dengan jenis rumah adat Gadang lainnya.

Hal tersebut bukanlah tanpa alasan. Mengingat Gonjong Sibak Baju tergolong rumah adat tertua. Bahkan pemerintah secara resmi melestarikan keberadaan bangunan tradisional ini, untuk menjaga kekayaan budaya Indonesia. Sehingga tidak sampai tergerus dengan kemajuan zaman yang kian pesat.

Sama halnya dengan jenis rumah Gadang lain, pembangunan Gonjong Sibak Baju tidak boleh sembarangan. Bahan baku dan tata cara pembangunannya harus sesuai aturan.

Seperti pada material utama yang berasal dari sasak dan kayu pilihan. Bahan sasak umumnya menjadi pelapis atap dan beberapa sisi bangunan tertentu.

Sementara material kayu berfungsi untuk membentuk struktur keseluruhan bangunan. Kayu yang digunakan dalam pembangunan Gonjong Sibak Baju harus tahan terhadap rayap maupun guncangan gempa.

Menurut catatan sejarah, konsep bangunan dari Gonjong Sibak Baju banyak mengadopsi dari arsitektur rumah Gadang lain. Salah satunya yaitu Gajah Maharam yang termasuk golongan rumah Gadang tertua dan termewah. Itulah mengapa secara sekilas bentuknya hampir sama.

Lihat Juga:

  • 9. Rumah Baanjuang Koto Piliang

Rumah Baanjuang Koto Piliang yakni rumah adat Minangkabau serta satu-satunya sebagai Rumah Gadang yang berada di Nagari Sungai Tarab. Rumah adat ini mempunyai ciri khas dengan lantainya yang tidak tinggi atau dikenal dengan babondua. Ciri khas ini melambangkan keselarasan seorang Pangulu yang mempunyai kedudukan atau tingkatan berdasarkan fungsinya masing-masing. Masyarakat Minang menyebutnya duduak indak samo randah, tagaknyo indak samo tinggi.

Lalu, ada Tonggak Tagantung, yakni 4 tiang di rumah adat ini dengan posisi tergantung serta tidak tertanam menjadi sebuah pondasi dalam tanah. Tonggak Tagantung ini memiliki makna sebagai simbol peranan sumando Minangkabau. Yakni Copek indak bisa daulu, lambek indak buliah kudian. Istilah tersebut memiliki arti segala sesuatu nantinya yang akan seorang sumando lakukan dalam rumah tersebut, wajib berdasarkan musyawarah serta mufakat oleh Pangulu maupun Tungganai.

Sejarah pembangunan rumah adat ini yakni pada 1 Juli 1935 di wilayah kebun binatang. Rumah ini mempunyai tipe gajah Mataram sebagai jenis Koto Piliang dengan anjungan kanan dan kiri. Agar arsitektur Minang lebih lengkap, dahulu pembangunannya ditambah dengan Rumah Tabuah. Fungsinya untuk museum dengan banyak koleksi barang serta kebudayaan.

Pembangunan tersebut pada awalnya untuk meningkatkan keelokan kebun binatang. Namun, untuk saat ini, bangunan sudah sepenuhnya menguasai hati rakyat dan wilayah Minangkabau. Dengan hal tersebut, maka banyak sarana yang dibangun yang sifatnya dapat menenangkan pikiran. Meskipun begitu, pembangunan tetap mengedepankan dukungan masyarakat Minangkabau terhadap kebudayaan tradisional setempat.

Lihat Juga:

  • 10. Rumah Baanjuang Bodi Chaniago

Rumah Baanjuang Bodi Chaniago atau Gadang merupakan sebutan untuk rumah adat Minang. Keunikan arsitektur dari bentuk rumah ini yakni atap yang mirip dengan tanduk kerbau dari bahan ijuk. Pada umumnya, pada halaman rumah ini terdapat 2 bangunan untuk menyimpan padi. banguan tersebut bernama Rangkiang. Untuk kanan dan kiri sayap rumah adat ini terdapat anjungan/anjung yang merupakan ruang pengantin bersanding. Tempat ini juga kerap dipakai untuk menobatkan kepala suku/adat.

Baanjuang Bodi Chaniago tidak menggunakan tongkat penyangga bagian bawahnya. Sementara bagi golongan keselarasan Koto-Piliang menggunakannya. Ini disesuaikan dengan filosofi yang kedua kelarasan (Lareh) anut. Lareh merupakan asal kelahiran suku-suku Minangkabau. Dalam kelarasan Koto Piliang, pemerintahannya mempunyai prinsip hirarkis dengan anjuang menggunakan tongkat penyangga. Sementara, kelarasan Bodi Chaniago, anjuangannya seakan-akan terapung di udara.

Berdasarkan gaya keselarasan, rumah adat Koto Piliang dikenal dengan sitinjau lauik. Kemudian, kedua ujungnya diberikan beranjung. Yaitu ruangan berukuran kecil dengan lantai lebih tinggi. Sehingga, beranjung tersebut dikenal juga dengan sebutan rumah panggung (Baanjuang). Sementara untuk aliran dari Bodi Chaniago, pada umumnya disebut dengan rumah Gadang. Bangunan ini tidak adanya anjungan atau berserambi layaknya rumah aliran Koto Piliang.

Kemudian, rumah yang tidak masuk dalam dua aliran tersebut, yakni aliran Datuk Nan Sakelap Dunia. Rumah adat Padang ini terdapat di daerah Lima Kaum dengan memegang hukum mereka sendiri.

Lihat Juga:

  • 11. Rumah Gadang Darek

Rumah Gadang Darek merupakan nama untuk rumah adat tradisional Minangkabau, Sumatera Barat. Ciri khas rumah tradisional Minangkabau ini berbentuk gonjong seperti tanduk kerbau. Bentuk tersebut juga sering disebut dengan bagonjong yang menjadi ikon menariknya.

Rumah adat Minangkabau ini tidak hanya berbentuk bagonjong. Rumah Gadang dengan bentuk Bagonjong digunakan di pedalaman Darek (darat dalam bahasa Minang).

Umumnya rumah gadang berbentuk memanjang dari utara ke arah selatan. Sementara itu, pada bagian depannya menghadap timur dan barat. Rumah gadang ini memiliki beberapa bagonjong dengan ukuran berbeda.

Setiap daerah di Minangkabau memiliki rumah gadang dengan tipe berbeda-beda. Rumah di daerah Darek memiliki bentuk yang berbeda dengan masyarakat di daerah Rantau. Namun, garis besarnya, rumah gadang terbagi menjadi dua, rumah gadang koto piliang danrumah gadang bodi caniago.

Ruang-ruang di rumah gadang seringkali dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Masing-masing ruangnya memiliki fungsi berbeda, mulai dari ruang publik hingga ruang servis. Fungsi rumah gadang untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara penting lainnya bagi keluarga sesuku pemilik rumah.

Fungsi utama rumah gadang adalah untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti rumah pada umumnya. Bentuknya yang unik bisa kita kenali hanya dengan melihatnya. Hal ini berkat bentuk tanduk kerbau di bagian atasnya.

Meskipun beberapa rumah mungkin jumlah dan bentuk bagonjong serta penempatannya cukup berbeda, pada dasarnya semua bentuknya seperti tanduk dan sedikit tambahan perubahan mengikuti arus waktu. 

Lihat Juga:

  • 12. Rumah Gadang Rajo Babandiang

Rumah Gadang Rajo Babandiang merupakan rumah adat Minang yang banyak ditemukan di Luhak Limo Puluah Koto, luhak yang bungsu. Bentuknya seperti rumah Gadang Gajah Maharam namun tidak memiliki anjung. Rumah Gadang ini juga memiliki nama lain yaitu Rumah Gadang Bagonjong Limo yang artinya memiliki gonjong sebanyak lima buah pada atap rumahnya. Sesuai namanya, rumah ini memang memiliki lima atap gonjong.

Uniknya empat gonjong memang sejajar, namun berbeda dengan gonjong paling ujung yang sedikit bergeser ke belakang dari gonjong lainnya. Pada gonjong yang tidak simetris inilah terdapat ruang tambahan yang dibuat dengan penambahan tiang babisiak. Dari samping, rumah Gadang ini terlihat seperti dua rumah Gadang yang disatukan atau berdampingan. Sesuai dengan namanya yaitu Babandiang yang artinya berdampingan.

Pada rumah adat Padang ini, bangunan dapur terdapat di samping dan pintu masuknya berada di depan, antara bangunan utama dan dapur. Sementara itu bagian dalamnya memiliki lantai datar, tidak seperti rumah Gadang lainnya yang memiliki undakan. Hal tersebut karena Rumah Gadang Rajo Babandiang menggambarkan sistem adat Bodi Caniago.

Sistem adat Bodi Caniago tersebut memiliki pepatah duduak samo randah, tagak samo tinggi atau duduk sama rendah, tegak sama tinggi. Hal tersebut sesuai dengan lantai rumah ini yang datar dan penamaannya yaitu Rajo Babandiang yang artinya raja berdampingan, tidak ada satu yang lebih tinggi kedudukannya.

Lihat Juga:

  • 13. Rumah Gadang Surambi Aceh Bagonjong Ciek

Rumah Gadang Surambi Aceh Bagonjong Ciek termasuk salah satu rumah adat di Sumatera Barat. Rumah gadang ini bisa dengan mudah Anda jumpai di Solok dan Solok Selatan.

Mengenai desain, rumah ini mempunyai 5 gonjongan dengan konsep menjulang. Atapnya menggunakan material seng.

Dengan bahan tersebut, atap ini tampak menjulang tinggi sekitar 7,5 meter. Lebih lanjut, bangunan ini mempunyai 2 pintu masuk.

Pintu ini ada di bagian depan tepat di sisi kanan dan kiri surambi. Soal bahannya, pintu tersebut terbuat dari kayu.

Sementara untuk konsep, model pintu ini terpengaruh dari budaya kolonial Belanda. Pasalnya, bentuknya memanfaatkan kaca dan jalusi.

Arsitekturnya berkaitan erat dengan konsep di masa kekuasaan Kesultanan Aceh. Wilayahnya kala itu sudah membentang sampai dengan Sumatera Barat.

Keberadaan surambi pada rumah ini dulunya berperan penting sebagai tempat untuk menerima tamu. Terlebih lagi untuk orang kolonial.

Masih seputar desain, bangunan ini juga memiliki 2 tangga masuk. Jumlah anak tangganya selalu ganjil. Ketinggiannya menyesuaikan bangunan.

Pada dasarnya, desain bangunan ini jadi simbol falsafah adat basandi syarak. Simbol tersebut berarti alam takambang menjadi guru.

Karena hal itu, desain bangunannya tak hanya jadi ciri khas saja, melainkan juga menyimpan makna tersendiri. Terlihat jelas bahwa bangunan ini memang menawarkan istimewa.

Bangunan ini penting untuk Anda ketahui ketika mempelajari keberagaman rumah adat di Sumatera Barat. Anda pasti bisa mengenalnya secara lebih mendalam lewat uraian di atas.

  • 14. Rumah Gadang Surambi Aceh Bagonjong Duo

Rumah Gadang Surambi Aceh Bagonjong Duo merupakan salah satu rumah adat Minang yang cukup populer. Sesuai dengan namanya, ragam rumah gadang ini memiliki serambi pada bagian depannya.

Serambi tersebut juga berfungsi sebagai pintu masuk. Pada zaman dahulu, serambi menjadi tempat menerima tamu, khususnya orang-orang kolonial.

Di bagian serambinya memiliki gonjong. Disebut sebagai Rumah Gadang Surambi Aceh Bagonjong Duo karena memiliki dua gonjong pada serambinya yang sejajar dengan bangunan.

Jika kita melihat arsitektur rumah ini, tidak jauh berbeda dengan jenis rumah gadang lainnya. Bahkan, rumah ini memiliki model dasar seperti Gajah Maharam. Bentuk bagian depannya berupa serambi dengan dua gonjong itulah, yang menjadi ciri khasnya.

Pembangunan rumah adat padang ini berawal dari kebutuhan penerimaan tamu yang bukan asli Minang. Masyarakat setempat meyakini, jika menerima tamu yang bukan asli Minang untuk masuk ke dalam rumah, dianggap sebagai hal tabu.

Secara keseluruhan, struktur rumah ini mengalami perubahan setelah disepakatinya perjanjian di Pariaman. Perjanjian tersebut antara Kerajaan Aceh dengan Raja Sungai Tarab. Saat itu, kekuasaan Kesultanan Aceh sudah membentang luas hingga pesisir barat Sumatera Barat.

Rumah Gadang Surambi Aceh Bagonjong Duo sudah semakin mudah kita temukan. Pasalnya, tersebar di Solok, Solok Selatan, kawasan Nagari Sungai Pagu, hingga kawasan Saribu Rumah Gadang. Rumah adat ini menyisakan cerita sejarah yang sangat menginspirasi.

  • 15. Rumah Gadang Kajang Padati

Rumah Gadang Kajang Padati menjadi salah satu rumah adat Padang yang memiliki saksi bersejarah perjalanan migrasi masyarakat di masa lampau. Sekarang ini rumah itu telah masuk dalam ODCB atau Objek Diduga Cagar Budaya.

Berbeda dengan rumah Gadang umumnya, rumah ini menampilkan keunikan tersendiri. Bangunannya seperti rumah panggung dengan lantai yang ditinggikan, dilengkapi dengan ukiran-ukiran artistik yang memikat.

Keistimewaan lainnya adalah atapnya yang tak lazim, tidak seperti atap berbentuk gonjong yang lazim ditemui pada rumah Gadang. Rumah ini mengadopsi atap pedati, menyerupai bentuk atap gerobak pedati yang sedikit lancip di ujungnya.

Rumah ini dinamai demikian karena atapnya meniru bentuk atap pedati, kendaraan tradisional yang ditarik oleh kerbau.

Meskipun begitu, atap rumah Gadang kajang padati mirip dengan rumah Gadang atok tungkuih nasi. Bentuk atap yang sedikit berbeda ini konon dipengaruhi oleh kesultanan Aceh pada masa lalu. Saat itu, pembangunan rumah memiliki larangan untuk meniru atap rumah Gadang asli.

Pengaruh Aceh pada rumah adat ini juga terlihat pada tangga dan ukiran di seluruh bagian rumah. Tangga pada rumah Gadang Kajang Padati memiliki pintu kipas di bagian atas. Motif ukiran yang dipengaruhi oleh Aceh mencakup berbagai ragam seperti sulur, daun puluik-puluik, saik galamai, putik bunga, kipeh cino, dan lainnya.

Rumah ini berbentuk rumah panggung, dan masyarakat sering menggunakan bagian bawahnya sebagai tempat untuk ternak atau menyimpan perkakas. Di dalamnya, biasanya terdapat jumlah ruangan atau kamar yang ganjil.

Namun, keberadaan Rumah Gadang Kajang Padati tidaklah seberapa dikenal di masyarakat luas. Meskipun berusia lebih dari 100 tahun, warisan ini hampir terlupakan seiring dengan popularitas Rumah Gadang Bagonjong di Sumatera Barat.

Saat ini, keberadaannya hanya dapat dijumpai di daerah tertentu di Kota Padang, seperti Gunung Sarik Kecamatan Kuranji dan Kelurahan Seberang Palinggam, Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.

Namun, ada titik terang. Pada 22 Oktober 2022, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) memberikan pengakuan resmi dengan menetapkan Rumah Gadang Kajang Padati sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Kota Padang, Sumatera Barat. Langkah ini memastikan warisan berharga ini tetap diabadikan dan dilestarikan sebagai bagian penting dari kekayaan budaya Indonesia.

Lihat Juga:

Itulah deretan rumah adat Padang yang menarik untuk diketahui. Anda juga bisa mengunjungi beberapa rumah tradisional Padang diatas yang ada di Sumatera Barat untuk melihat budaya Padang atau budaya Minangkabau sambil anda berwisata ke Sumatera Barat.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post