SWI Tour & Travel Blog 5 Adat & Tradisi Batak di Danau Toba & Medan, Sumatera Utara

5 Adat & Tradisi Batak di Danau Toba & Medan, Sumatera Utara

tradisi batak

Tradisi Batak yang masih dilestarikan cukup banyak mulai dari tarian hingga upacara. Setiap daerah memiliki adat dan tradisi tersendiri, tidak terkecuali Medan dan Danau Toba yang mayoritas merupakan suku Batak. Suku Batak dikenal memiliki banyak adat dan tradisi yang terkenal dan dilestarikan oleh masyarakatnya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Bagi anda yang sedang mencari travel ke Danau Toba dari Medan, SWI Tour & Travel menawarkan paket liburan ke Medan dan Danau Toba dengan agenda perjalanan yang menarik. Berikut penawaran yang bisa anda lihat:

Sumatera Utara dikenal memiliki banyak tradisi budaya unik salah satunya kebudayaan Batak yang masih sangat dilestarikan. Ada begitu banyak peninggalan suku Batak, seperti rumah adat Batak, tarian adat Batak, peralatan tradisional Batak, seni ukir Batak, adat istiadat Batak, senjata tradisional Batak, alat musik tradisional Batak dan lain sebagainya. Selain itu masih banyak peninggalan lain seperti makanan khas Batak, kue khas batak hingga minuman khas Batak. Destinasi wisata budaya juga banyak baik destinasi wisata budaya di Medan maupun wisata budaya di Danau Toba.

Untuk tradisi Batak sendiri masih banyak yang bisa anda lihat seperti tarian sigale-gale di Pulau Samosir. Berikut adat dan tradisi Batak yang bisa anda jumpai di Medan ataupun di Danau Toba, Sumatera Utara:

  • 1. Tarian Tor Tor pada masa Panen Raya & Upacara Pernikahan

Tarian tor-tor itu merupakan suatu jenis tarian yang biasa digunakan untuk perayaan, jenis tarian ini sudah ada dari beberapa tahun yang lalu. Perlu diketahui bahwa tarian ini berasal dari batak, yang biasa dikenal dengan tarian sakral. Tarian ini juga dapat menggambarkan suatu makna tentang komunikasi. 

Tradisi batak salah satunya tarian tor-tor ini pada zaman dahulu hanya ada pada kehidupan masyarakat yang ada di daerah Batak. Selain itu tarian jenis ini juga menggunakan jenis batu yang berbentuk patung, dimana pada patung tersebut akan dimasuki roh sehingga dapat menari dengan sendirinya. Jika telah menyelesaikan permintaan maka hal ini akan diselingi dengan pukulan jenis gondang yang dimainkan dengan ritmen tertentu kemudian anggota keluarga Suhut yang ada akan mengatur berbagai susunan berdiri agar dapat menari atau biasa disebut dengan manortor. 

Biasanya tarian tor-tor ini menggunakan lagi yang berkaitan dengan permohonan terhadap roh leluhur, tujuan dari tarian ini dengan lagu tertentu agar diberikan keselamatan, suatu bentuk kesejahteraan, kebahagiaan serta dapat memiliki Rizki yang sangat berlimpah sehingga dapat menjadi suatu bentuk berkat untuk keluarga maupun para tamu yang datang. Pada tarian ini termasuk jenis tarian yang sangat unik, keunikan pada tarian ini terletak pada pantangan yang tidak boleh untuk dilanggar saat melakukan tarian, misalnya jika salah satu tangan saat menari itu melebihi bahu maka hal ini dapat diartikan bahwa seorang penari itu menantang ilmu baik perdukunan, moncak bahkan pencak silat sekalipun. 

Biasanya tarian tor-tor ini dilakukan hanya pada saat pesta yang besar, perlu Anda ketahui saat dilakukan pesta maka tempat tersebut akan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan jeruk yang sudah diparut. Selain itu tarian asal Batak ini memiliki beragam jenis diantaranya jenis tari tor-tor pangurason, tari tor-tor sipitu cawan serta tarian tor-tor jenis tinggal panulan. Penari dari Batak ini dilakukan dengan cara berpasangan yang berjumlah sekitar 6 penari yang terdiri dari 3 penari laki-laki serta 3.penari untuk  perempuan. Jika Anda ingin mahir dalam menari asal Batak ini Anda harus rajin berlatih dan mempraktekkannya.

Lihat Juga:

  • 2. Tarian Sigale-gale di Pulau Samosir

Tradisi Batak Toba samosir salah satunya yaitu tarian Sigale-gale. Tepatnya berada di daerah Sumatra Utara, tradisi ini termasuk budaya turun temurun yang sangat populer di daerah tersebut. Tarian Sigale-gale itu termasuk salah satu kesenian tradisional yang ada di masyarakat Batak. Sigale-gale itu termasuk jenis boneka yang memiliki bentuk seperti manusia, dan dapat digerakkan untuk dapat menari dengan iringan musik yang sangat tradisional. Jenis tarian ini biasa ditampilkan di beragam acara baik itu adat maupun jenis acara budaya, selain itu pulau Samosir juga menjadi daya tarik khususnya bagi para wisatawan yang datang ke pulau Samosir.

Boneka jenis Sigale-gale ini telah ada pada ratusan tahun yang sudah menjadi budaya zaman dulu. Makna dari desain boneka yang digunakan ini menggambarkan suatu bentuk kesedihan pada seorang raja di pulau Samosir yang telah kehilangan anak satu-satunya. Tadi Sigale-gale biasanya akan dimainkan pada pertunjukan seperti upacara adat, cara memainkan boneka Sigale-gale ini Anda cukup memegang tali yang ada pada boneka tersebut pada bagian belakang agar boneka dapat bergerak saat musik tradisional dimainkan. Tak jarang musik yang digunakan itu bisa dalam bentuk rekaman karena dianggap lebih simpel untuk digunakan. Peralatan untuk mengiringi musik tradisional itu meliputi suling, gong serta gendang.

Tarian gale-gale itu biasa dilakukan pada upacara kematian khususnya laki-laki, hal ini dilakukan untuk dapat mengantar arwah yang sudah meninggal, akan tetapi budaya yang ada di Sumatera Utara ini jarang dilakukan, dan telah bertransformasi menjadi tarian pertunjukan yang mana sering dilakukan pada acara adat. Kostum untuk menari tarian ini menggunakan kostum khas dari Batak seperti kain ulos, tidak hanya penari saja yang menggunakan busana tersebut melainkan boneka yang digunakan untuk pertunjukan juga menggunakan busana yang sama.

Selain itu tarian khas ini juga sering digunakan pada upacara adat perkawinan, upacara ini biasa dilakukan saat pengantin tiba di kediaman laki-laki. Yang perlu Anda perhatikan saat melakukan budaya ini adalah pastikan Anda tidak melakukan tarian berpasangan antara laki-laki dan perempuan, jika ingin melakukannya syaratnya harus berbeda marga.

Lihat Juga:

  • 3. Mangebang Sohi Bolon

Tradisi Batak di Danau Toba yang paling populer dikalangan masyarakat Sumatera Utara salah satunya Mangebang Solu Bolon. Hal ini merupakan festival yang digunakan untuk dapat mengelilingi danau Toba menggunakan alat sampan yang berukuran besar. Tradisi ini merupakan suatu tradisi yang sangat unik karena tradisinya menggunakan perahu besar yang biasa digunakan untuk menyambut festival pada danau Toba yang biasa dilaksanakan setiap tahun. Biasanya perahu yang digunakan itu didesain dengan motif yang menggambarkan budaya batak.

Tradisi ini umumnya dilakukan oleh para pemangku adat, yang mana ketika upacara adat mulai akan dilakukan acara selanjutnya yaitu penghormatan, perlu diperhatikan bahwa penghormatan ini hanya bisa dilakukan oleh para pemangku adat saja. Setelah itu perahu dilepas dengan iringan ritual suku Batak, serta para pemuka akan mengelilingi danau Toba sejumlah 7 kali putaran dengan menggunakan Sohi  bolon. Bolon yang digunakan ini mampu untuk menampung sekitar 20 orang.

Festival yang ada di Danau Toba ini tetap berjalan sehingga hal ini membuat danau Toba memiliki pesona yang lebih menarik, sehingga menjadi destinasi yang favorit bagi wisatawan baik dalam daerah maupun luar daerah. Tidak hanya tradisi mengebang Sohi bolon saja, danau Toba juga memberikan manfaat diantaranya dapat memenuhi kebutuhan air pada kehidupan masyarakat, selain itu danau Toba juga dimanfaatkan masyarakat untuk mata pencarian seperti halnya budidaya ikan. Air yang ada pada danau Toba itu termasuk jenis air tawar sehingga aman jika dikonsumsi.

Perlu Anda ketahui bahwa tradisi yang ada pada danau Toba ini itu dilakukan berbagai ritual yang harus dilakukan sebelum menggelar tradisi seperti mangadati pande gorga,penyerahan bole, lalu mangadati raja huta, pangurason Solu bolon, selain itu ritual danau Toba dan terakhir ritual manggala itak gurgur. Ritual tersebut harus dilakukan sampai akhir sebelum tradisi dimulai, hal ini sangat sakral jadi wajib untuk dilakukan. Jadi tradisi ini menjadi salah satu tradisi yang sudah melekat sampai saat ini sehingga perlu dipelihara dan dilestarikan dengan lebih baik, sehingga seluruh masyarakat mengetahui dari tradisi yang ada di Indonesia.

Lihat Juga:

  • 4. Tradisi Mardoton

Seperti masyarakat di Indonesia umumnya, yang kaya akan tradisi unik. Demikian pula dengan Masyarakat Batak, salah satunya yaitu tradisi Mardoton, yang masih tetap dilakukan hingga saat ini. Adapun tradisi Batak yang satu ini, merupakan tradisi menangkap ikan, yang sudah dilakukan oleh para leluhur masyarakat Danau Toba, sejak puluhan tahun silam. Digelar setiap tahun, tepatnya pada bulan Sipaha Sada atau bulan pertama, di penanggalan kalender Batak.

Dahulu, tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat di sekitaran Danau Toba, menggunakan alat memancing ikan, yang bernama bubu. Namun kini, seiring perkembangan zaman, alat yang digunakan mulai berubah, yaitu menggunakan doton, atau jaring berbahan kain yang dirajut, jadi mata jaring. Dimana doton tersebut dibuat dalam berbagai macam ukuran.  

Tradisi atau festival tersebut, digelar di sepanjang bibir pantai Tuktuk, yang berada di desa Tuktuk Siadong. Yang turut serta dalam tradisi tersebut, tentu saja masyarakat sekitar, terutama pemuda desa. Terdapat serangkaian kegiatan, yang dilakukan pada pelaksanaan festival Mardoton tersebut. Dimulai dengan kegiatan menurunkan Solu, atau perahu ke danau Toba. Maknanya agar kegiatan tersebut membawa keberuntungan bagi para pesertanya.

Rangkaian berikutnya, yaitu membuat aneka sesajen yang berasal dari tepung beras. Maknanya, sebagai media doa kepada Tuhan sang Pencipta Alam Semesta, melalui Nanboru Saniang Naga Laut. Atau Dewi Air, dalam kepercayaan masyarakat di sekitaran Danau Toba

Saat ini, tradisi tersebut dikemas dalam bentuk festival, agar terlihat semakin menarik. Tidak tanggung tanggung, dalam festival tersebut turut mengundang para pejabat pemerintahan. Tujuannya tidak lain, untuk menarik perhatian masyarakat luas, terutama pada wisatawan, untuk datang dan menyaksikan festival tersebut. 

Festival Mardoton sendiri tidak hanya berupa kegiatan menangkap ikan saja, namun juga bertujuan untuk memberikan edukasi pada masyarakat, melalui beberapa rangkaian kegiatan, seerti Fokus Group Discussion, perlombaan Manopong Doton, dan yang lainnya. Ada juga beberapa kegiatan menarik lainnya, yang turut diselenggarakan, seperti penaburan benih ikan ke danau Toba, lomba menghias Solu atau perahu, pameran kuliner ikan Danau Toba dan yang lainnya.  

Lihat Juga:

  • 5. Upacara Mangalahat Horbo

Jika umumnya tradisi kurban, akan menggunakan hewan sapi atau kambing. Maka tidak dengan acara kurban dari tradisi Batak di Danau Toba & Medan. Dimana hewan yang akan dikurbankan adalah hewan kerbau, tepatnya kurban jantan pilihan yang mempunyai ciri ciri khusus, atau disebut juga dengan “Horbo Laelae”. 

Adalah upacara Mangalahat Horbo, salah satu ritual upacara unik sekaligus tua, dari suku Batak Toba. Upacara atau ritual Mangalat Horbo ini, merupakan perayaan kurban dengan menggunakan kerbau jantan yang sudah lolos seleksi sebelumnya, untuk dipersembahkan pada Mula Jadi Na Bolon atau Pencipta Segala Sesuatu.

Untuk menyelenggarakan upacara tersebut, akan dilakukan dengan beberapa langkah, yang masing masing diiringi dengan berbagai macam ungkapan yang disampaikan oleh Malim Parmangmang (pemimpin upacara Mangalahat Horbo).

Yang menarik, jika berdasarkan tujuan, upacara Mangalahat Horbo sendiri, akan dibagi menjadi 3 bentuk. Yang pertama yaitu upacara yang dilaksanakan sebagai upacara turun ke sawah. Yang kedua, yaitu sebagai ucapan rasa syukur dan meminta keturunan. Sedangkan yang ketiga, yaitu upacara peringatan terhadap orang tua yang sudah meninggal dunia. Ada juga upacara yang dilakukan dalam perayaan Festival Danau Toba.

Mengingat upacara yang satu ini termasuk upacara besar, maka untuk melaksanakan upacara tersebut, harus sudah persetujuan dari Raja Bius dan juga Tokoh Masyarakat atau juga Adat Setempat.

Upacara tersebut dipimpin langsung oleh seorang Pemimpin Spiritual, dan pastinya dihadiri oleh Raja Bius, serta Tokoh Setempat, adat dan juga masyarakat. Sedangkan untuk berbagai kebutuhan ritual, akan dipersiapkan secara bersama sama. Sebelumnya aneka hal yang dibutuhkan untuk melakukan ritual persembahan tersebut, harus sudah disucikan terlebih dahulu oleh pemimpin ritual, dengan cara dipercik menggunakan air jeruk purut. Tujuannya, agar kerbau yang akan dikurbankan, akan menurut dan pasrah pada saat akan disembelih.

Ada cukup banyak makna dan simbol yang dapat diambil dari upacara yang satu ini, mulai dari Masyarakat di sekitar Danau Toba yang terkesan religious, dan senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberi. Serta mengajarkan untuk saling tolong menolong antar sesama dalam kehidupan. Karena pada dasarnya acara tersebut juga bertujuan untuk kepentingan bersama.

Lihat Juga:

Itulah beberapa tradisi Batak yang bisa anda jumpai di Danau Toba maupun di Medan Sumatera Utara yang hingga saat ini masih dilestarikan. Bagi anda yang ingin mencoba tradisi di atas, salah satu yang bisa anda coba adalah tarian sigale-gale sewaktu anda berkunjung ke Pulau Samosir.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post